Berkat undangan pernikahan teman lama, saya pun menginjakkan kaki di
Yogyakarta selama akhir pekan. Bersama dengan beberapa teman, kami
berniat untuk melakukan wisata kuliner. Dan, tak lama saya menginjakkan
kaki di Bandara Adisucipto, berbagai usulan tempat makan pun terlontar.
Sebagai tempat tujuan pertama adalah Gudeg Yudjum.
www.sindermargasari.blogspot.com
Simak logo ini berarti kamu tiba di tempat yang benar untuk menikmati makanan khas Yogyakarta. (Syanne Susita)
Gudeg YudjumSebagai
kota yang juga dikenal sebagai kota gudeg, memang kurang afdol jika tak
mencicip gudeg. Dan, bukan kebetulan jika gudeg paling populer, Gudeg
Yudjum, punya salah satu cabang restoran yang dekat dengan bandara. Kami
pun langsung menuju TKP untuk sarapan pagi.
http://cakning.com
Paket nasi gudeg dan telor dari Gudeg Yudjum hanya hanya 10 ribu perak tapi super nikmat. (Syanne Susita)Menyimak
menu, ada sepuluh paket nasi yang bisa dipilih jika ingin menyantap
gudeg di restoran ini. Mulai dari nasi gudeg dengan tahu atau tempe yang
bisa dinikmati hanya dengan mengeluarkan kocek tujuh ribu perak hingga
nasi gudeg dengan potongan dada ayam seharga 20 ribu rupiah.
Berhubung
gudeg yang markas pertamanya terletak di Jalan Kaliurang KM 45, Karang
Asem ini sering dijadikan oleh-oleh, tersedia juga pilihan kendil dan
besek yang dijual mulai dari harga 50 ribu hingga 190 ribu rupiah.
Saya
memilih untuk bersantap paket nasi gudeg telor sebagai santapan sarapan
pagi. Walau hanya dengan lauk telur, harus saya akui pasangan gudeg
sayur nangka dan krecek gudeg Yudjum ini memang sedap sekali. Bumbunya
begitu meresap di gudeg dan rasanya pun tidak terlalu manis dan berpadu
harmonis di lidah dengan pedasnya krecek yang kenyal dan empuk.
Warung Masakan Omah Bu AgengSelesai
menyantap gudeg Yudjum, saya bersama teman mengunjungi Keraton yang
selalu menjadi tempat yang menarik ditengok terutama di bagian museum
untuk menyimak perjalanan karir dan pencapaian Sultan Agung IX terhadap
Republik Indonesia. Lelah mengelilingi Keraton dan Taman Sari yang super
luas, saya pun langsung menuju Warung Masakan Omah Bu Ageng yang
terletak di bilangan Tirtodipuran dan Prawirataman. Bu Ageng ini tak
lain adalah istri dari seniman Butet Kertaredjasa.
http://cakning.com/?sp=gemilang
Suasana restoran yang semi
outdoor
dan perabotan yang terbuat dari kayu serta interior yang menampilkan
banyak foto hitam putih membuat rasa nyaman dan betah untuk berlama-lama
menikmati suasana di dalam restoran.
www.rumahtantan.blogspot.com
Tampak depan restoran ibu Ageng yang terletak di Jalan Tirtodipuran ini. (Syanne Susita)Berhubung
kita belum tahu apa yang menjadi andalan restoran ini, kami pun
bertanya pada pramusajinya. Dan, ternyata yang jadi andalah adalah
eyem penggeng (ayam panggung bumbu areh), ayam
nylekit,
sambal kutai, sayur lodeh, dan nasi campur yang terdiri dari semur
lidah sapi, paru ketumbar, dan baceman kambing. Harga makanan dan
minuman di sini terbilang murah karena semua berkisaran 20 hingga 30
ribu rupiah.
www.KrandanSari.blogspot.com
Sate Klatak, satu porsi hanya dua tusuk dan unik karena saus pendampingnya kuah gulai. (Syanne Susita)
Sate Klatak Pak BariSesudah
menghadiri pernikahan teman, petualangan kuliner saya berlanjut. Kali
ini, mobil sewaan berjalan menuju Bantul untuk menikmati Sate Klathak
Pak Bari. Sate ini hanya dijajakan pada malam hari karena mengambil
lokasi Pasar Wonokromo seusai digunakan pedagang pasar berjualan di
siang harinya.
Dan, jangan heran jika semakin malam, semakin
ramai dan panjang jejeran mobil parkir di depan pasar. Saat menyantap
juga harap mengerti dengan suasana yang agak temaram karena penerangan
juga hanya seadanya, tidak menggunakan fasilitas listrik pasar.
Yang
membuat sate ini unik karena pengolahan sate ini berbeda dibanding
kebanyakan sate. Sebelum dibakar, potongan daging kambing hanya ditaburi
garam sebagai bumbu. Kemudian daging ditusukkan pada besi jeruji
sepeda. Kabarnya, tusuk besi merupakan pengantar panas dalam daging
sehingga memberi kematangan hingga ke dalam daging. Panasnya pun lebih
tahan lama. Saus pendampingnya juga bukan saus kecap atau kacang,
melainkan kuah gulai yang tidak terlalu ketal. Memesan seporsi sate
klatak, kita akan mendapatkan dua tusuk sate saja.
Sebagai
teman bersantap sate klatak, pesanlah nasi goreng yang super pedas dan
teh panas. Tiga kombinasi makanan minuman ini dijamin akan menjadi
petualangan kuliner yang super nikmat.
Buat yang penasaran bagaimana membuatnya, bisa langsung mengintip pembuatan bakpianya di toko sekaligus pabrik …
Bakpia Pathok 25Keesokan
harinya, sebelum ke bandara untuk kembali ke Jakarta, saya pun
menyempatkan diri mampir ke Bakpia Pathok 25 untuk membeli oleh-oleh.
Lagi-lagi, saya diingatkan oleh pak supir kalau mampir ke daerah Pathok
untuk membeli bakpia, jangan sampai terkecoh. Di sepanjang jalan Pathok
ini memang banyak penjual bakpia tetapi bakpia kacang hijau yang paling
enak dan populer adalah Bakpia Pathok 25.
Bakpia Pathok 25, camilan andalan buat oleh-oleh dari Yogyakarta. (Syanne Susita)Rumah
bakpia ini agak masuk ke dalam sehingga dari luar tidak terlihat
terlalu besar. Padahal jika sudah masuk ke dalam, tempat Bakpia Pathok
ini sangat luas. Berhubung toko dan tempat pembuatannya berada dalam
satu tempat, bagi yang penasaran ingin mengintip proses pembuatannya pun
bisa langsung dilihat.
Kini Bakpia Pathok tidak hanya menjual
bakpia rasa kacang hijau saja tetapi berbagai macam rasa seperti rasa
keju, coklat, duren, nanas, dan kacang hitam. Yang menyenangkan adalah
kita bisa mencoba terlebih dahulu berbagai pilihan rasa bakpia tersebut
karena selalu ada sampel yang masih panas baru keluar dari dapur.
Untuk
membeli bakpia, ada dua pilihan ukuran: isi 15 dan isi 20. Dan, jika
ingin mencoba semua rasa, bisa membeli satu kotak bakpia aneka rasa.
Sekarang, toko Bakpia Pathok 25 juga menjual banyak makanan khas daerah
sebagai oleh-oleh. Jadi, semakin banyak pilihan
deh jika mampir ke sana.
Syanne Susita